Sabtu, 05 Januari 2013

SABTU EDISI GALAU


Hari jum’at 04-01-2013 cuacanya mendung-mendung anyep, nyaman untuk melanjutkan tidur tapi kalin ini nggak bakalan nyaman. Saya ada final Morfologi Tumbuhan. Finalnya aja belum terlaksana temen-temen sudah harus membuktikan usahanya untuk masuk final. Syarat finalnya simple sih. Hanya perlu membawa tanaman yang memiliki bagian lengkap. Contohnya nih akar, batang, daun.
Pagi itu saya harus memaksakan diri bangkit dari tempat tidur dengan cuaca yang anyep dan selalu mengundang napsu ingin tidur. #Toeng-toeng. Saya masih tetap santai menanggapi pagi ini, padahal saya sama sekali tidak menjamin satu tanaman untuk syarat final. Tapi upaya melawan godaan cuaca, hehe J kaya berat gitu. Akhirnya saya bangun juga sih, walaupun hatiku banyak melaporkan kata-kata tidak logis live disampaikan langsung dari hati yang paling dalam.
Setelah mandi dan bersiap-siap (kagak pernah sarapan sih, antara malas makan, malas masak atau tepatnya kagak ada makanan. Yah sejenis penyakit remaja kini kalau hidupnya di tantang untuk hidup sendiri). Dengan tampang pura-pura segar akhirnya saya nyampai juga di kampus. Nyampainya sih juga pura-pura sempurna walaupun ditangan tak ada satupun tanaman untuk masuk final. Tapi keraguanku yang ditutupi oleh kesegaranku berawal dari keterkejutanku melihat Yayu dan Nia teman saya yang juga sedang mengais-ngais tanaman di kebun fakultas. Entah tanaman atau hanya rerumput yang sibuk mereka identifikasikan bercampur dengan kegagalan mereka mencabut tanamannya.
Singkat cerita saya datang dengan tampang meyakinkan, mengkin tampang saya harus mengatakan saya sudah mendapatkan tanamannya. Padahal bicara kenyataan Yayu dan Nia bersamaan bertanya pada saya “sudah ada tanamanmu?”. Karena tampangku meyakinkan sekali akhirnya saya juga yakin akan memberikan jawaban yang meyakinkan yha saya menjawabnya “tidak ada sama sekali”. L
Setelah berkomat-kamit menyiapkan strategi untuk mendapatkan tanaman itu akhirnya kita putuskan untuk keliling-keliling fakultas nyari tanaman yang bagus di eksekusi. Semenit berjalan mata Nia tajam melihat bayam di sudut gedung. Atau mungkin saking di lapar dia mengingat sayur bayam yang di bening plus tempe dan sambal terasi, makanya tajam penglihatannya. Akhirnya tanaman itu di eksekusi Yayu yang menariknya dengan tenaga dalam sampai tak tercabut-cabut, untung dia tidak membuktikan kalau usahanya sudah maksimal dengan membuang gas hasil tekanan mencabut tanaman bayam, sejenis bom mematikan bernama kentut. Saya melihat kesungsangan yang terjadi padanya akhirnya saya membantunya dengan sekali tarikan. Akhirnya bayamnya copot, saya, Yayu dan Nia akhirnya melanjutkan kegiatan shoping tanaman. Sudah berjalan sampai ke belakang gedung sampai akhirnya berujung ke gedung rektorat, usaha untuk mendapatkan tanaman saya tak kunjung sirna. Tiba-tiba kami berhenti pada satu daerah disisi belakang gedung rektorat yang jelas ada tanaman yang biasa digunakan orang untuk memerahkan bibir secara otomatis dan menikmatkan makanan yang kita makan. Cabe, cabe yang kita lihat sarat dengan buahnya yang masih hijau, layak kalau dicabut dan membawanya pulang ke kos yang sedang krisis segalanya. Setelah sibuk berdiskusi kami memikirkan sesuatu yang konyol ketika pohon cabe yang kita akan cabut itu tidak akan pernah tercabut, bagaimana tidak cabe itu nampak subur dan batangnya besar. Karena tidak mungkin kami bertiga akan mencabutnya diam-diam sedangkan ini sulit dilakukan. Apa jadinya kalau penjaga keamanan melihat usaha kami, jangan pikir kami akan digantung di gedung fakultas sambil berkomat-kamit meminta ampun. Ternyata 4 cm di sebelah pohon cabe ada pohon terong, waduh ni kampus nanam sayuran untuk di masak yha?. Yha pemikiran kita tidak nyampai pada usaha mencabut terong, soalnya terongnya mengalahkan kesuperan batang cabe.
Berjalan terus menyisiri samping gedung dan kami melihat jamur-jamur yang subur hidup di bawah bunga-bunga pagar yang tinggi. Setidaknya ketika nanti praktikum di laboraturium kita tak perlu jauh-jauh mencari jamur. Perjalanan kita terhenti pada tanaman salak yang baru saja tumbuh, tanpa pikir panjang saya mencabutnya dengan hati-hati dan melanjutkan perjalanan ke kelas untuk final.
Ternyata setelah sampai di kelas final baru di mulai untuk kelas A, sedangkan saya kan kelas B. Itupun no absen saya 70 karena nama saya Windy, dan itu letaknya di ujung bawah dan belakang halaman absensi. Menunggu giliran itu sesuatu yha. Saya menunggunya sambil sibuk mempelajari materi dengan komat kamit membaca nama latin tumbuhan. Setelah payah menunggu sampai pukul 14.00 akhirnya komunitas kelas B yang terkenal dengan gosmter alias gosip seputar mahasiswa ternama, haha J.
Wahyuni yang namanya sama-sama awalan W dengan saya, dia sibuk bercerita pengalaman kemarinnya yang membuat teman-teman saya sibuk menahan napas untuk tidak tertawa besar. Kata Wahyuni dengan nada khas sulawesinya seperti ini: weh, ko tau kemarin pulang ka sama Afni dan Baya, baru jatuh ka lagi, malu-maluku. Gara-gara Windy ini, (loh kok gara-gara saya yah. Dia yang jatuh aku yang salah. Yha mungkin ini tragedi emosional. Hahaha :D ). Jatuh ka ke samping karena ada lubang, keseimbanganku hilang dan kaki ku tidak sampai di tanah. Jatuhnya itu menyedihkan, bukan karena benturan yang keras melainkan karena jatuhnya yang gemulai. Saya sibuk menahan beban dua temanku yang beratnya lumayan 60 kg. Afni dan Baya terbalik ke belakang, kaki mereka terangkat di atas motor dan badan mereka tidur di aspal jalan. Parahnya ini musim hujan, baju mereka penuh dengan lumpur yang warnanya cokelat. Akhirnya saya binggung dan khawatir dengan motor saya dan memutuskan untuk menarik berdiri motor sementara dua temannya masih asik tidur diaspal berlumur lumpur dan mengangkat kakinya di atas motor. Untungnya tidak apa-apa dan kami putuskan untuk melanjutkan perjalanan pulang. Baya mengatakan Bismillahhirahmanirahim, Afni sudah ko bismillah?tanya Baya. Dengan tampang yang gugup bercampur malas tau dia menjawab belum. Baya langsung mengeluarkan teori yang bunyinya pantasan jatuh orang kita tidak ada yang bismillah.
Sementara menunggu giliran, akhirnya kami semua masuk di giliran paling terakhir. Finalnya ribet, tapi saya masih mengingatnya dengan baik dan berharap hasilnya akan baik pula. Wah setelah saya final, saya memutuskan untuk pulang. Tapi kenapa kepulangan saya tidak berjalan dengan baik, kunciku hilang. Setelah banyak berpikir panjang saya di jemput kak Wahyu untuk mengambil kunci cadangan di rumah. Ternyata kunci cadangannya hilang dan motor saya yang namanya Ipin terkunci lehernya dan harus menunggu usahaku melepaskan lehernya. Huh L
Malam harinya saya bersama kakakku dan kak Wahyu ke kampus untuk sedikit mencari kunci yang mungkin jatuh, tetapi ternyata tidak ada. Saya dan kak Wahyu memanggil tukang bengkel untuk memperbaiki dengan cara yang halus. Akhirnya Ipin harus pulang dengan keadaan compang-camping. Malam ini kami memutuskan untuk menduplikat kunci motor Ipin tapi usaha kami sirna, tempat duplikat tertutup dan hujan menyambut kami di tengah kegelapan malam.
Esoknya, Sabtu 05-01-2013 saya sibuk mengais-ngais makalah yang semalam saya bikin sampai harus bergadang. Apalagi hari ini 2 matakuliah menungguku untuk mempresentasikan makalahku. Keberangkatanku tertunda karen hujan yang deras dan kendaraan yang tidak memungkinkan. Tidak mungkin saya harus menggunakan Ipin dalam keadaan seperti ini, hanya dengan menyambung kabel telanjang Ipin dengan mudah bisa di pakai kemana-mana, dan itu tidak mungkin saya lakukan ketika penglihatanku tidak selalu tertuju pada Ipin.
Karena menunggu Yayu yang akan menjemputku, saya memutuskan untuk mengapresiasikan perasaan saya dengan menulis status di wall facebook saya. “Sabtu Edisi Galau”
https://www.facebook.com/windy.sahar

0 Comments: