Hari jum’at 04-01-2013 cuacanya mendung-mendung anyep, nyaman
untuk melanjutkan tidur tapi kalin ini nggak bakalan nyaman. Saya ada final
Morfologi Tumbuhan. Finalnya aja belum terlaksana temen-temen sudah harus
membuktikan usahanya untuk masuk final. Syarat finalnya simple sih. Hanya perlu
membawa tanaman yang memiliki bagian lengkap. Contohnya nih akar, batang, daun.
Pagi itu saya harus memaksakan diri bangkit dari tempat tidur
dengan cuaca yang anyep dan selalu mengundang napsu ingin tidur. #Toeng-toeng.
Saya masih tetap santai menanggapi pagi ini, padahal saya sama sekali tidak
menjamin satu tanaman untuk syarat final. Tapi upaya melawan godaan cuaca, hehe
J kaya berat gitu.
Akhirnya saya bangun juga sih, walaupun hatiku banyak melaporkan kata-kata
tidak logis live disampaikan langsung dari hati yang paling dalam.
Setelah mandi dan bersiap-siap (kagak pernah sarapan sih,
antara malas makan, malas masak atau tepatnya kagak ada makanan. Yah sejenis
penyakit remaja kini kalau hidupnya di tantang untuk hidup sendiri). Dengan
tampang pura-pura segar akhirnya saya nyampai juga di kampus. Nyampainya sih
juga pura-pura sempurna walaupun ditangan tak ada satupun tanaman untuk masuk
final. Tapi keraguanku yang ditutupi oleh kesegaranku berawal dari
keterkejutanku melihat Yayu dan Nia teman saya yang juga sedang mengais-ngais
tanaman di kebun fakultas. Entah tanaman atau hanya rerumput yang sibuk mereka
identifikasikan bercampur dengan kegagalan mereka mencabut tanamannya.
Singkat cerita saya datang dengan tampang meyakinkan, mengkin
tampang saya harus mengatakan saya sudah mendapatkan tanamannya. Padahal bicara
kenyataan Yayu dan Nia bersamaan bertanya pada saya “sudah ada tanamanmu?”.
Karena tampangku meyakinkan sekali akhirnya saya juga yakin akan memberikan
jawaban yang meyakinkan yha saya menjawabnya “tidak ada sama sekali”. L
Setelah berkomat-kamit menyiapkan strategi untuk mendapatkan
tanaman itu akhirnya kita putuskan untuk keliling-keliling fakultas nyari
tanaman yang bagus di eksekusi. Semenit berjalan mata Nia tajam melihat bayam
di sudut gedung. Atau mungkin saking di lapar dia mengingat sayur bayam yang di
bening plus tempe dan sambal terasi, makanya tajam penglihatannya. Akhirnya
tanaman itu di eksekusi Yayu yang menariknya dengan tenaga dalam sampai tak
tercabut-cabut, untung dia tidak membuktikan kalau usahanya sudah maksimal
dengan membuang gas hasil tekanan mencabut tanaman bayam, sejenis bom mematikan
bernama kentut. Saya melihat kesungsangan yang terjadi padanya akhirnya saya
membantunya dengan sekali tarikan. Akhirnya bayamnya copot, saya, Yayu dan Nia
akhirnya melanjutkan kegiatan shoping tanaman. Sudah berjalan sampai ke
belakang gedung sampai akhirnya berujung ke gedung rektorat, usaha untuk
mendapatkan tanaman saya tak kunjung sirna. Tiba-tiba kami berhenti pada satu
daerah disisi belakang gedung rektorat yang jelas ada tanaman yang biasa
digunakan orang untuk memerahkan bibir secara otomatis dan menikmatkan makanan
yang kita makan. Cabe, cabe yang kita lihat sarat dengan buahnya yang masih
hijau, layak kalau dicabut dan membawanya pulang ke kos yang sedang krisis
segalanya. Setelah sibuk berdiskusi kami memikirkan sesuatu yang konyol ketika
pohon cabe yang kita akan cabut itu tidak akan pernah tercabut, bagaimana tidak
cabe itu nampak subur dan batangnya besar. Karena tidak mungkin kami bertiga
akan mencabutnya diam-diam sedangkan ini sulit dilakukan. Apa jadinya kalau
penjaga keamanan melihat usaha kami, jangan pikir kami akan digantung di gedung
fakultas sambil berkomat-kamit meminta ampun. Ternyata 4 cm di sebelah pohon
cabe ada pohon terong, waduh ni kampus nanam sayuran untuk di masak yha?. Yha
pemikiran kita tidak nyampai pada usaha mencabut terong, soalnya terongnya
mengalahkan kesuperan batang cabe.
Berjalan terus menyisiri samping gedung dan kami melihat
jamur-jamur yang subur hidup di bawah bunga-bunga pagar yang tinggi. Setidaknya
ketika nanti praktikum di laboraturium kita tak perlu jauh-jauh mencari jamur.
Perjalanan kita terhenti pada tanaman salak yang baru saja tumbuh, tanpa pikir
panjang saya mencabutnya dengan hati-hati dan melanjutkan perjalanan ke kelas
untuk final.
Ternyata setelah sampai di kelas final baru di mulai untuk
kelas A, sedangkan saya kan kelas B. Itupun no absen saya 70 karena nama saya
Windy, dan itu letaknya di ujung bawah dan belakang halaman absensi. Menunggu
giliran itu sesuatu yha. Saya menunggunya sambil sibuk mempelajari materi
dengan komat kamit membaca nama latin tumbuhan. Setelah payah menunggu sampai
pukul 14.00 akhirnya komunitas kelas B yang terkenal dengan gosmter alias gosip
seputar mahasiswa ternama, haha J.
Wahyuni yang namanya sama-sama awalan W dengan saya, dia
sibuk bercerita pengalaman kemarinnya yang membuat teman-teman saya sibuk
menahan napas untuk tidak tertawa besar. Kata Wahyuni dengan nada khas
sulawesinya seperti ini: weh, ko tau kemarin pulang ka sama Afni dan Baya, baru
jatuh ka lagi, malu-maluku. Gara-gara Windy ini, (loh kok gara-gara saya yah.
Dia yang jatuh aku yang salah. Yha mungkin ini tragedi emosional. Hahaha :D ).
Jatuh ka ke samping karena ada lubang, keseimbanganku hilang dan kaki ku tidak
sampai di tanah. Jatuhnya itu menyedihkan, bukan karena benturan yang keras
melainkan karena jatuhnya yang gemulai. Saya sibuk menahan beban dua temanku
yang beratnya lumayan 60 kg. Afni dan Baya terbalik ke belakang, kaki mereka
terangkat di atas motor dan badan mereka tidur di aspal jalan. Parahnya ini
musim hujan, baju mereka penuh dengan lumpur yang warnanya cokelat. Akhirnya
saya binggung dan khawatir dengan motor saya dan memutuskan untuk menarik
berdiri motor sementara dua temannya masih asik tidur diaspal berlumur lumpur
dan mengangkat kakinya di atas motor. Untungnya tidak apa-apa dan kami putuskan
untuk melanjutkan perjalanan pulang. Baya mengatakan Bismillahhirahmanirahim,
Afni sudah ko bismillah?tanya Baya. Dengan tampang yang gugup bercampur malas
tau dia menjawab belum. Baya langsung mengeluarkan teori yang bunyinya pantasan
jatuh orang kita tidak ada yang bismillah.
Sementara menunggu giliran, akhirnya kami semua masuk di
giliran paling terakhir. Finalnya ribet, tapi saya masih mengingatnya dengan
baik dan berharap hasilnya akan baik pula. Wah setelah saya final, saya
memutuskan untuk pulang. Tapi kenapa kepulangan saya tidak berjalan dengan
baik, kunciku hilang. Setelah banyak berpikir panjang saya di jemput kak Wahyu
untuk mengambil kunci cadangan di rumah. Ternyata kunci cadangannya hilang dan
motor saya yang namanya Ipin terkunci lehernya dan harus menunggu usahaku
melepaskan lehernya. Huh L
Malam harinya saya bersama kakakku dan kak Wahyu ke kampus
untuk sedikit mencari kunci yang mungkin jatuh, tetapi ternyata tidak ada. Saya
dan kak Wahyu memanggil tukang bengkel untuk memperbaiki dengan cara yang
halus. Akhirnya Ipin harus pulang dengan keadaan compang-camping. Malam ini
kami memutuskan untuk menduplikat kunci motor Ipin tapi usaha kami sirna,
tempat duplikat tertutup dan hujan menyambut kami di tengah kegelapan malam.
Esoknya, Sabtu 05-01-2013 saya sibuk mengais-ngais makalah
yang semalam saya bikin sampai harus bergadang. Apalagi hari ini 2 matakuliah
menungguku untuk mempresentasikan makalahku. Keberangkatanku tertunda karen
hujan yang deras dan kendaraan yang tidak memungkinkan. Tidak mungkin saya
harus menggunakan Ipin dalam keadaan seperti ini, hanya dengan menyambung kabel
telanjang Ipin dengan mudah bisa di pakai kemana-mana, dan itu tidak mungkin
saya lakukan ketika penglihatanku tidak selalu tertuju pada Ipin.
Karena menunggu Yayu yang
akan menjemputku, saya memutuskan untuk mengapresiasikan perasaan saya dengan
menulis status di wall facebook
saya. “Sabtu Edisi Galau”https://www.facebook.com/windy.sahar
0 Comments:
Post a Comment