Selasa, 01 Januari 2013

BANJIR TERASI RASA KEJU


Hari ini hari pertama di tahun 2013, hari pertama yang benar-benar mengajari saya cita rasa yang beraneka. Tentu, bagaimana tidak hari ini hujan turun seharian. Semua air risau mau mengalir kemana, begitu juga dengan saya yang risau lihat air menyelimuti rumah mini-mini saya kediaman yang sederhana mirip istana yang sesekali saya juluki planet anak gaul.
Malam ini pukul 20.00 wita, saya masih sibuk menarikan jari jemariku di atas laptop sembari sesekali tersenyum entah karena siapa, apa, dan kenapa. Mungkin seperti itu awal sebelum kejadian banjir terasi rasa keju ini.
Singkat cerita, kakak saya, Adnan teriak histeris, “HAH!!!” tapi suaranya nggak alay loh, karena dia sosok yang anti alay. “wew, dari mana nih air yha”, maklum saja kejadian ini pertama kali terjadi di rumah saya dan rumah-rumah saya sebelumnya. Maksudnya rumah orang tua saya waktu saya masih menjadi gulma mama bapak, walaupun sekarang rumah ini juga bukan punya saya sih. Hehe J
Usut punya usut mata saya dan kakak menelusuri sumber air datang. Diluar dugaan, kamar mandi saya kerendem, tiba-tiba air bah masuk dari pintu depan, air bah yang kecepatannya 0,0001 mm/s (kagak tau ni nulisnya bener kagak) air itu dengan lambat meresapi seluruh lapisan rumah yang bikin saya jadi kebakaran jenggot, walau hujan saya juga bisa kebakaran jenggot yha -_-
“Kakak, banjir.. lihat air di depan. Tenggelam rumah”. Waduh air hujan bakalan tenggelamkan rumah dengan ketinggian 5 cm di teras rumah. “kakak perbaiki selokan di depan supaya airnya tidak masuk ke rumah”. Karena hujan deras di luar kakak saya binggung, masa mau hujan-hujanan tengah malam, dia bilang ke saya “besok aja deh, sudah malam nanti orang lihat lagi”. Dengan cepat saya tanggapi “buset ini orang, waras kagak, nah air aja udah masuk rumah dia masih bilang besok aja, ia kalau airnya kagak nenggelamin kita”, sayang saya nyolotnya dalam hati dong.
Saya keluar dengan kakak dan lihat tragedi mengenaskan, behh.. bahaya ni bahasa. Yha air tergenang dimana-mana, kakak langsung saya instrusikan nyari skop, skop itu mirip sendok tapi bukan untuk nyendok nasi melainkan nyendok pasir. Saking bergairahnya kakak kena hujan dia ngeruk pasir kayak kapal keruk. Tiba-tiba tetangga jauh saya datang bawa sendok masing-masing dan bantuin kakak ngeruk pasir.
Setelah selesai kita baru bisa bernapas, yha walaupun dari tadi juga bernapas sih. Hanya legah pun terasa. Sisanya binggung nih mau tidur dimana, nah rumah aja terisi pasir satu ret plus daun-daun pohon yang kecil-kecil. Kepala mau meledak. Sejenak saya terpikir pantesan hujan seharian karena pas kemarin malam penyambutan pergantian tahun 2012 ke 2013 nyalain kembang api, jedar jedor gitu bunyinya, kasihan langit, dia kesakitan, kaget-kaget dan susah tidur, makanya paginya dia nangis sampai seharian. Banjir deh. Tugas kita sekarang bujuk langit supaya kagak nangis. Tiba-tiba saya nyadar atas halusinasi saya beberapa menit yang lalu.
Gara-gara banyak air akhirnya saya beli pop mie enam gelas, tiga untuk kakak dan tiga untuk saya. Setidaknya dingin-dingin bisa tolak angin sebanyak mungkin, ketimbang masuk anginnya. Parahnya sekarang kakak mirip seperti orang yang lagi MKKB alias masa kecil kurang bahagia. Dia tua, maksudnya tua dari pada saya, kok maen air macam nggak pernah nemu air seabad. Tapi wajar lah, kan udik belum pernah rasain banjir.
Pop mie habis. Saya kembali ke kamar sambil mengeluhkan sekaligus melaporkan kejadian ini ke komisi akun sosial facebook. “Rumahku banjir”, itu status saya malam ini. Komennya banyak mulai dari teman dekat saya yang saking dekat jadi teman hati, ternyata dia juga ngalami kejadian yang sama, kata dia sih rumahnya juga kebanjiran dan parahnya ada mata air keluar di dalam rumahnya. Waduh bahaya rumah dia yha. Tapi tenang pemirsa itu hanya kalimat hiperbola.
Saking banyak mengeluh ada temen tag-tag statusnya. Entah dari mana dia bisa vonis saya dapat juara satu di komunitas pemalas. Yang didalamnya ada 10 pemenang. Tiga terbesarnya di duduki saya, aini dan yaya. Karena tidak terima saya komentari “saya kategori pertama”. Datang Yaya yang tanpa dosa hanya komen “saya nggak termasuk”. Eh si Wilda pembuat status balas komen kita “windy@ paling terdeteksi namanya, yaya @ buta yha, ada namamu di situ”. Karena anarkis lempar-lemparan batu di facebook Yaya dengan tegas bilang “HAPUS!”. Cibir mencibir berujung pada komentar ngaco Aini“saya nggak termasuk dong”. Saya heran sebanyak ini kah lulusan SMA yang nggak tau baca. Saya langsung komen“ juara dua kamu aini, hampir kau kalahkan saya”. Karena saya juara satu termalas dari yang terajin mereka tidak terima, saya heran ini hanya status tapi orangnya membuas semua.  Panjang cerita akhirnya saya bilang aja kalau saya jadi pemecah rekor, setidaknya mereka puas. Tiba-tiba si Yaya komen dan bawa-bawa nama calon gubernur sulawesi selatan (mohon jangan tersinggung bapak calon gubernur). No 1. Windy vs Ilham. No 2. Ainy vs Yasin dan No.3 Yaya vs.... Mentang-mentang No. 3 nama dia makanya hanya di tulis bla bla blaa. Akhirnya wilda memperbaiki keadaan dengan komentarnya “Yaya vs GARUDA-NA” hehe :D gua ngakak deh ditengah kebanjiran ini.
Sekarang pindah masalah, chatting facebook bunyi. Temanku ngirim pesan. “Senior”.. padahal saya seumuran, tapi berhubung saya jadi kakak pembimbing dia di lembaga informasi mahasiswa yang berkumpul para wartawa kampus akhirnya saya di cap jadi senior. Pesannya saya replay dengan mengeluh “rumahku banjir”, dengan gaya bahasa khas sulawesi“kodong, kubawakanki mesin”. Saya binggung kok mau di bawakan mesin, singkat cerita dia mau nyedot aer di rumah, junior yang baik .. hehehe J pisss buat saburo.
Karena banyak curhatku sampai kemalaman belum tidur akhirnya saya putuskan untuk nyuci rumah. Masang selang dan nyemprot lantai rumah sampai bersih. Ternyata nyemprot rumah nggak asal nyemprot , selangnya ternyata terlipat-lipat, airnya ngambek dan nggak mau mengalir, mesin airnya bersin-bersin lagi, mungkin karena masuk angin. Yha karena stres rumah kotor saya pun stres mengumpat sepanjang pekerjaan. Coba aja kalau saya bisa memutar kembali masa-masa SD saya dulu. Ada teman saya Lina namanya. Setiap pulang sekolah waktu musim hujan yang jarak rumah kita sekitar 3 km dengan mengayun sepeda mini selalu membawa kita pada kelakuan ekstreme. Lina mengajariku melantunkan aji-aji/jimat atau mantra tepatnya seperti ini “matahari kalah, hujan menang” begitu sepanjang jalan. Katanya supaya matahari bangkit dari keterpurukan akan menang dan hujan kalah karena dia terlalu sombong dan besar kepala. Padahal selama perjalanan itu hujan tak kunjung berhenti, entah kenapa mantra itu terekam erat di memori. Dan sampai hari ini mantra itu masih aku gunakan. Sungguh konyol haha :D
Karena banyak mengumpat sama lantai yang kotor dengan kata-kata kotor. Hehehe J. (jangan sampai anda bayangkan saya akan melemparkan kata-kata tidak pantas yha).
Saya nemu terasi di dapu, dan berpikir, momen malam ini seperti terasi yang rasanya nyengat, mantap dan khas tapi sedikitn asin seperti keju. Tapi keduanya memang benar-benar punya cita rasa yang menarik. Banyak rasa tercipta malam ini di istana planet gehol, kediaman para anak-anak gaul. (Oh yah, fotonya-fotonya bisa dilihat di link ini http://windysaharesai.blogspot.com/ )
1 Januari 2013.

0 Comments: