Hari ini hari pertama di tahun 2013,
hari pertama yang benar-benar mengajari saya cita rasa yang beraneka. Tentu,
bagaimana tidak hari ini hujan turun seharian. Semua air risau mau mengalir
kemana, begitu juga dengan saya yang risau lihat air menyelimuti rumah mini-mini
saya kediaman yang sederhana mirip istana yang sesekali saya juluki planet anak
gaul.
Malam ini pukul 20.00 wita, saya masih
sibuk menarikan jari jemariku di atas laptop sembari sesekali tersenyum entah
karena siapa, apa, dan kenapa. Mungkin seperti itu awal sebelum kejadian banjir
terasi rasa keju ini.
Singkat cerita, kakak saya, Adnan
teriak histeris, “HAH!!!” tapi suaranya nggak alay loh, karena dia sosok yang
anti alay. “wew, dari mana nih air yha”, maklum saja kejadian ini pertama kali
terjadi di rumah saya dan rumah-rumah saya sebelumnya. Maksudnya rumah orang
tua saya waktu saya masih menjadi gulma mama bapak, walaupun sekarang rumah ini
juga bukan punya saya sih. Hehe J
Usut punya usut mata saya dan kakak
menelusuri sumber air datang. Diluar dugaan, kamar mandi saya kerendem, tiba-tiba
air bah masuk dari pintu depan, air bah yang kecepatannya 0,0001 mm/s (kagak
tau ni nulisnya bener kagak) air itu dengan lambat meresapi seluruh lapisan
rumah yang bikin saya jadi kebakaran jenggot, walau hujan saya juga bisa
kebakaran jenggot yha -_-
“Kakak, banjir.. lihat air di depan. Tenggelam
rumah”. Waduh air hujan bakalan tenggelamkan rumah dengan ketinggian 5 cm di
teras rumah. “kakak perbaiki selokan di depan supaya airnya tidak masuk ke
rumah”. Karena hujan deras di luar kakak saya binggung, masa mau hujan-hujanan
tengah malam, dia bilang ke saya “besok aja deh, sudah malam nanti orang lihat
lagi”. Dengan cepat saya tanggapi “buset ini orang, waras kagak, nah air aja
udah masuk rumah dia masih bilang besok aja, ia kalau airnya kagak nenggelamin
kita”, sayang saya nyolotnya dalam hati dong.
Saya keluar dengan kakak dan lihat
tragedi mengenaskan, behh.. bahaya ni bahasa. Yha air tergenang dimana-mana,
kakak langsung saya instrusikan nyari skop, skop itu mirip sendok tapi bukan
untuk nyendok nasi melainkan nyendok pasir. Saking bergairahnya kakak kena
hujan dia ngeruk pasir kayak kapal keruk. Tiba-tiba tetangga jauh saya datang
bawa sendok masing-masing dan bantuin kakak ngeruk pasir.
Setelah selesai kita baru bisa
bernapas, yha walaupun dari tadi juga bernapas sih. Hanya legah pun terasa. Sisanya
binggung nih mau tidur dimana, nah rumah aja terisi pasir satu ret plus daun-daun
pohon yang kecil-kecil. Kepala mau meledak. Sejenak saya terpikir pantesan
hujan seharian karena pas kemarin malam penyambutan pergantian tahun 2012 ke
2013 nyalain kembang api, jedar jedor gitu bunyinya, kasihan langit, dia
kesakitan, kaget-kaget dan susah tidur, makanya paginya dia nangis sampai
seharian. Banjir deh. Tugas kita sekarang bujuk langit supaya kagak nangis.
Tiba-tiba saya nyadar atas halusinasi saya beberapa menit yang lalu.
Gara-gara banyak air akhirnya saya
beli pop mie enam gelas, tiga untuk kakak dan tiga untuk saya. Setidaknya dingin-dingin
bisa tolak angin sebanyak mungkin, ketimbang masuk anginnya. Parahnya sekarang
kakak mirip seperti orang yang lagi MKKB alias masa kecil kurang bahagia. Dia tua,
maksudnya tua dari pada saya, kok maen air macam nggak pernah nemu air seabad. Tapi
wajar lah, kan udik belum pernah rasain banjir.
Pop mie habis. Saya kembali ke kamar
sambil mengeluhkan sekaligus melaporkan kejadian ini ke komisi akun sosial
facebook. “Rumahku banjir”, itu status saya malam ini. Komennya banyak mulai
dari teman dekat saya yang saking dekat jadi teman hati, ternyata dia juga
ngalami kejadian yang sama, kata dia sih rumahnya juga kebanjiran dan parahnya
ada mata air keluar di dalam rumahnya. Waduh bahaya rumah dia yha. Tapi tenang
pemirsa itu hanya kalimat hiperbola.
Saking banyak mengeluh ada temen
tag-tag statusnya. Entah dari mana dia bisa vonis saya dapat juara satu di
komunitas pemalas. Yang didalamnya ada 10 pemenang. Tiga terbesarnya di duduki
saya, aini dan yaya. Karena tidak terima saya komentari “saya kategori pertama”.
Datang Yaya yang tanpa dosa hanya komen “saya nggak termasuk”. Eh si Wilda
pembuat status balas komen kita “windy@ paling terdeteksi namanya, yaya @ buta
yha, ada namamu di situ”. Karena anarkis lempar-lemparan batu di facebook Yaya
dengan tegas bilang “HAPUS!”. Cibir mencibir berujung pada komentar ngaco Aini“saya
nggak termasuk dong”. Saya heran sebanyak ini kah lulusan SMA yang nggak tau
baca. Saya langsung komen“ juara dua kamu aini, hampir kau kalahkan saya”. Karena
saya juara satu termalas dari yang terajin mereka tidak terima, saya heran ini
hanya status tapi orangnya membuas semua.
Panjang cerita akhirnya saya bilang aja kalau saya jadi pemecah rekor,
setidaknya mereka puas. Tiba-tiba si Yaya komen dan bawa-bawa nama calon
gubernur sulawesi selatan (mohon jangan tersinggung bapak calon gubernur). No
1. Windy vs Ilham. No 2. Ainy vs Yasin dan No.3 Yaya vs.... Mentang-mentang No.
3 nama dia makanya hanya di tulis bla bla blaa. Akhirnya wilda memperbaiki
keadaan dengan komentarnya “Yaya vs GARUDA-NA” hehe :D gua ngakak deh ditengah
kebanjiran ini.
Sekarang pindah masalah, chatting
facebook bunyi. Temanku ngirim pesan. “Senior”.. padahal saya seumuran, tapi
berhubung saya jadi kakak pembimbing dia di lembaga informasi mahasiswa yang
berkumpul para wartawa kampus akhirnya saya di cap jadi senior. Pesannya saya
replay dengan mengeluh “rumahku banjir”, dengan gaya bahasa khas sulawesi“kodong,
kubawakanki mesin”. Saya binggung kok mau di bawakan mesin, singkat cerita dia
mau nyedot aer di rumah, junior yang baik .. hehehe J pisss buat
saburo.
Karena banyak curhatku sampai
kemalaman belum tidur akhirnya saya putuskan untuk nyuci rumah. Masang selang
dan nyemprot lantai rumah sampai bersih. Ternyata nyemprot rumah nggak asal
nyemprot , selangnya ternyata terlipat-lipat, airnya ngambek dan nggak mau
mengalir, mesin airnya bersin-bersin lagi, mungkin karena masuk angin. Yha karena
stres rumah kotor saya pun stres mengumpat sepanjang pekerjaan. Coba aja kalau
saya bisa memutar kembali masa-masa SD saya dulu. Ada teman saya Lina namanya. Setiap
pulang sekolah waktu musim hujan yang jarak rumah kita sekitar 3 km dengan
mengayun sepeda mini selalu membawa kita pada kelakuan ekstreme. Lina
mengajariku melantunkan aji-aji/jimat atau mantra tepatnya seperti ini “matahari
kalah, hujan menang” begitu sepanjang jalan. Katanya supaya matahari bangkit
dari keterpurukan akan menang dan hujan kalah karena dia terlalu sombong dan
besar kepala. Padahal selama perjalanan itu hujan tak kunjung berhenti, entah
kenapa mantra itu terekam erat di memori. Dan sampai hari ini mantra itu masih
aku gunakan. Sungguh konyol haha :D
Karena banyak mengumpat sama lantai
yang kotor dengan kata-kata kotor. Hehehe J. (jangan
sampai anda bayangkan saya akan melemparkan kata-kata tidak pantas yha).
Saya nemu terasi di dapu, dan berpikir, momen malam ini
seperti terasi yang rasanya nyengat, mantap dan khas tapi sedikitn asin seperti
keju. Tapi keduanya memang benar-benar punya cita rasa yang menarik. Banyak rasa
tercipta malam ini di istana planet gehol, kediaman para anak-anak gaul. (Oh
yah, fotonya-fotonya bisa dilihat di link ini http://windysaharesai.blogspot.com/ )
1 Januari 2013.
0 Comments:
Post a Comment